Rabu, 10 Maret 2010

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI SETELAH TERJADINYA BENCANA


I. Pendahuluan.

n Pengertian :

Bencana suatu malapetaka yang luar biasa, baik yang disebabkan gejala alam maupun hasil perbuatan manusia, dapat merusak tempat tinggal, mengacaukan kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan kesakitan dan kematian yang signifikan, dimana melampaui kemampuan kapasitas normal dari populasi yang terkena. Merujuk pada dampak yang besar terhadap kesehatan manusia, Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan dekade 90 – an sebagai dekade internasional untuk pengurangan bencana alam dan telah mengajak peran dunia secara global untuk bersama-sama mengurangi efek dari peristiwa-peristiwa buruk ini.

n Klasifikasi bencana :

Menurut Penyebab :

a. Alam : co. gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan (banjir dan angin taufan)

b. perbuatan manusia : co. kecelakaan kimia atau perang.

Menurut Perkiraan :

a. dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,

b. tidak dapat diprediksi : gempa bumi.

Menurut Waktu Berlangsungnya :

a. singkat saja : angin tornado, gempa bumi

b. jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.

Menurut Frekuensi :

a. sering : angin tornado dan taufan,

b. Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.

Menurut Dampak :

a. terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi

b. relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.

n Peran ahli epidemiologi :

Keseluruhan ciri-ciri bencana ini adalah hal-hal yang dirasakan sangat merugikan bagi mereka yang mengalaminya dan mempengaruhi kemampuan suatu masyarakat dalam meresponnya. Para ahli epidemiologi dapat menyediakan tepat pada waktunya, penaksiran tentang problem-problem kesehatan berkaitan dengan suatu bencana sebagai usaha untuk membantu pemberian tindakan penggolongan yang efektif dan tepat, serta untuk mencegah konsekuensi-konsekuensi yang sama pada bencana yang mungkin terjadi di masa depan.

II. Sasaran

n Ruang Lingkup :

1. Penilaian segera distribusi dan faktor penentu peristiwa-peristiwa kematian, sakit, dan cedera terkait bencana.

2. Menentukan masalah paling dini dan menyesuaikan dengan tindakan terencana dan tepat.

3. Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang konsekuensi kesehatan akibat bencana.

4. Melakukan survei dan penyelidikan

5. Memberi saran terhadap problem kesehatan yang mungkin meningkat.

6. Membuat prioritas tindakan yang akan dilakukan

n Tujuan :

Tujuan utama dari surveilans epidemiologi adalah untuk mencegah dan mengurangi efek yang merugikan dari bencana itu sendiri seiring dengan usaha untuk mengoptimalkan proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pertolongan. Tujuan epidemiologi ini secara mudah didefinisikan dalam lingkungan pengawasan meliputi : pengumpulan data, analisis terhadap data, dan respon terhadap data.

n Teknik epidemiologi :

Belakangan ini tehnik-tehnik epidemiologi telah secara efektif diperkenalkan sebagai komponen dasar pada banyak operasi-operasi pertolongan bencana, yaitu :

¨ mendefenisikan secara cepat problem-problem awal kesehatan dan perkembangannya

¨ mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam populasi yang cenderung terkena risiko yang merugikan

¨ mengoptimalkan usaha pertolongan

¨ mengawasi keefektifan usaha pertolongan dan memberikan anjuran tentang pengurangan konsekuensi-konsekuensi buruk terhadap bencana yang akan datang.

III. Pertimbangan – pertimbangan khusus terhadap epidemiologi bencana

Prinsip dasar dari pengawasan epidemiologi terhadap suatu bencana adalah tidak berbeda dengan pengawasan yang diaplikasi pada bidang-bidang yang lain. Lingkaran pengawasan yang terus menerus berubah :

¨ penilaian sepintas lalu terhadap problem dgn menggunakan tehnik pengumpulan data yang belum sempurna

¨ penilaian jangka pendek meliputi pembuatan data yang sederhana namun terpecaya sumbernya

¨ melakukan pengawasan terus-menerus untuk mengidentifikasi masalah yang berkelanjutan dan memonitor respon dari intervensi yang dipilih.

¨ membandingkan antara korban dengan yang selamat dan mempelajari apa yang bisa dilakukan dalam mencegah korban manusia pada bencana berikutnya.

Sukses dari investigasi epidemik bencana dapat dilihat dari bagaimana pengumpulan dan penganalisaan data dapat mengidentifikasi strategi-strategi pencegahan, dan bagaimana strategi- strategi ini dapat secara efektif diterapkan oleh pembuat keputusan dalam memberi pertolongan langsung dan menurunkan kesakitan yang terus-menerus terjadi. Usaha-usaha ini membutuhkan koordinasi yang aktif diantara ahli-ahli epidemiologi yang mengumpulkan data dan mengidentifikasi strategi-strategi terhadap masalah dengan para pembuat keputusan yang mengerti data dan strategi tersebut dan menerapkan dalam kebijakan yang diminta.

Bidang metode pengawasan bervariasi tergantung bencana dan ketersediaan waktu serta personil :

¨ Bidang awal penyelidikan mencegah kecelakaan yang berakibat kematian.

¨ Survei ketersediaan perawatan medis, penilaian akan kebutuhan intervensi yang spesifik dan kontrol epidemik

¨ Memonitor dampak dari pertolongan yang dilakukan dan menentukan apakah usaha yang dilakukan memberi dampak terhadap populasi atau apakah suatu strategi baru dibutuhkan atau tidak.

¨ Pengawasan bersifat interaktif yakni sebuah proses bersiklus dimana hasil kesehatan sederhana secara konstant dimonitor dan intervensi secara berkelanjutan diperkirakan kemampuannya.

Tujuan dan tindakan pertolongan haruslah dapat menolong populasi untuk memulihkan diri secara cepat, seperti sediakala sebelum bencana terjadi sementara bantuan berupa uang diperlukan sebagai jaminan terhadap efek jangka panjang. Pada fase awal pertolongan kebutuhan dasar seperti : air, makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan medis mesti tersedia. Penilaian epidemiologi, prioritasi kebutuhan dan perencanaan yang tepat dapat memberikan efek keuntungan utama bagi masyarakat dalam usaha untuk kembali kekeadaan normal baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Sebuah obsevasi ulang terhadap beberapa bencana baru-baru ini menunjukkan bahwa konsekuensi bencana terhadap kesehatan, paling berat menimpa masyarakat yang tinggal dinegara-negara berkembang. Contoh, gempa bumi dengan kekuatan 6-7 skala richter, menimbulkan korban jiwa yang besar di Peru (1970), Nicaragua (1972), Guatemala (1976), Tangshan China (1976) dan Armenia (1978). Bencana dengan kekuatan yang sama menimpa California, menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang minim, selain kerugian properti. Negara-negara industri terlindungi dari bencana sebab kemampuan mereka dalam memperkirakan adanya badai, membuat kode keamanan penanda gempa, bangunan-bangunan yang anti kebakaran, memanfaatkan jaringan komunikasi dalam menyebarluaskan peringatan akan bencana, menyediakan pelayanan medis, dan menyusun rencana persiapan penduduk dan institusi umum bila terjadi bencana.

IV. Beberapa masalah epidemiologi dalam surveilans bencana

  1. Pertolongan terhadap kelaparan

Pada tahun 1957, Sayler dan Gordon dalam salah satu reviuw paling awal tentang peran dan penilaian epidemiologi setelah bencana alam, membandingkan bencana dengan epidemi dan menyarakan bahwa bencana dapat dijelaskan dalam kerangka epidemiologi yang berkaitan dengan waktu, tempat dan orang. Konsep ini telah diaplikasikan sejak tahun 1960 untuk membantu operasi internasional secara besar-besaran dalam mengatasi bencana kelaparan akibat perang saudara di Negeria. Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sbg respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.

b. Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan

Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.

c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera

Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.

Para ahli epidemiologi mesti mengidentifikasi konsekuensi terhadap kesehatan yang paling berat dan bencana yang masih bisa dicegah dengan suatu tindakan aktif, intervensi yang terarah baik, dan penyusunan kerangka prioritas untuk kemudian melaporkannya pada pengambil keputusan. Proritas-prioritas mungkin berbeda pada masing-masing bencana, para epidemiologis dengan cepat namun tepat membuat suatu perencanaan. Contoh ; kebanyakan kematian akibat gempa bumi terjadi sebagai dampak langsung, maka kebanyakan tindakan pencegahan terhadap kematian lebih lanjut adalah berupa perawatan segera mereka yang terluka ataupun segera membebaskan mereka yang terperangkap pada bangunan yang runtuh. Pada saat yang bersamaan, perhatian yang sama harus pula diberikan pada dampak gempa bumi tersebut terhadap kerusakan penampungan makanan dan suplai air, jaringan transportasi dan telekomunikasi serta masalah lain yang berkaitan dengan akses pada layanan kesehatan bagi mereka yang selamat hingga terhindarkan dari kondisi yang buruk.

Contoh tahun 1979 ketika sekitar kurang lebih ± 30.000 rakyat Kamboja tiba sebagai pengungsi di Thailand. Menyelamatkan diri mereka dari perang, tiba di Thailand dengan kondisi kelelahan, kekurangan makanan, cedera dan bahkan terkena infeksi malaria berat. Kematian mereka kemudian diketahui dunia ketiga, dilaporkan setiap hari ada kematian. Akhirnya usaha pertolongan internasional secara besar dilakukan, namun tidak ada informasi tersedia sebelumnya yang digunakan dalam menentukan target operasi. Tujuan pengawasan sesegera mungkin adalah untuk mengidentifikasi pencegahan dini terhadap kematian dan untuk memutuskannya sebagai prioritas utama untuk pertolongan. Tujuan kedua pengawasan adalah untuk memonitor kematian dan kesakitan untuk menyakinkan apakah usaha pertolongan yang dilakukan cukup efektif. Dalam keadaan data epidemiologi, banyak media menggambarkan bahwa para pengungsi sudah hidup di kompleks kematian, dan diperparah lagi kondisi ini dengan usaha-usaha pertolongan yang gagal karena tidak mampu mencegah kematian secepatnya. Pengawasan epidemiologi secara cepat menyiapkan data-data mengenai angka kematian, mengidentifikasi malaria sebagai penyebab utama kematian, dan perumahsakitan orang, dan kemudian membuat strategi-strategi yang spesifik untuk perawatan malaria, celebral yang agresif, sebagai penyebab utama kematian. Penurunan secara cepat kematian selama minggu pertama dari usaha pertolongan, berkaitan secara langsung dengan penargetan dengan masalah utama yang tepat. Pengumpulan data-data yang sederhana pada angka harian dan dengan penyebab utama kematian dan pengakuan dari rumah sakit, penggunaan bidang survei dasar yang ditargetkan terhadap permintaan pertolongan spesifik, dan persiapan dari pengawasan mingguan yang singkat. Membuat usaha pertolongan menjadi bersifat responsif (tanggap) terhadap kebutuhan kesehatan yang mendesak dikompleks serta menyediakan informasi yang dapat dipercaya baik untuk organisasi donor maupun untuk pers. Kemudian penggunaan tim epidemiologi untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi prioritas, dan monitoring keefektifan usaha yang dilakukan telah menjadi bagian terintegrasi dari banyak usaha pertolongan dan bantuan internasional.

  1. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.

Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat. Survei yang cepat dengan jumlah korban yang falid membutuhkan perhatian khusus berdasarkan perjalanan kondisi penyakit atau cederanya akan memberikan dampak langsung terhadap respon sehingga dapat ditingkatkan lebih baik, sekali lagi mengidentifikasi kebutuhan dan memonitor efek dari intervensi adalah merupakan fungsi epidemiologi yang sangat penting.

  1. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu

Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak diperlukan. Vaksin untuk kolera dan demam typus tidak pernah dipakai sesudah bencana, namun selalu saja ditawarkan, hal ini menurut para politisi dan personil lokal berada dalam posisi yang kurang nyaman, namun tepat untuk berkata “tidak“.

Bencana juga sering mempercepat desakan yang bersifat altruistik (bersifat tidak mementingkan orang lain) diantar para profesional kesehatan, sebagai contoh : tidak kurang dari 30.000 dokter dan perawat dari Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin dan Asia bekerja secara sukarela terhadap para pengungsi kamboja pada tahun 1979 – 1980. Kebutuhan dibatasi jumlahnya, hanya orang dengan pengalaman dan keterampilan khusus yang diminta dan usaha seleksi terhadap personil yang tepat sering kali amat sulit, bergantung pada tekanan yang dibebani oleh para pembuat keputusan. Para epidemiologis sering dapat melakukan survei untuk menaksir apakah intervensi yang dilakukan donor secara sukarela dan dengan maksud politik tertentu adalah sesuai dengan kebutuhan.

  1. Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang

Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam. Sekarang ini, para ahli epidemiologi telah memfokuskan pada penilaian strategi apa yang terbaik untuk mencegah kesakitan terkait bencana ini. Suatu pertanyaan timbul menurut suatu model kasus-kontrol ; mengapa beberapa orang meninggal (kasus) sementara tetangga, anggota keluarga ataupun lainnya selamat (kontrol), faktor-faktor risiko dari kemampuan untuk bertahan (selamat) tergantung pada pengetahuan dan perhatian pada peringatan bencana seperti : peringatan terjadi tornado. Pengambil tindakan yang bersifat menghindari dan ketersediaan perawatan medis, hingga pada masalah-masalah struktural seperti bahan bangunan yang dipakai diarea sering terjadi bencana tersebut. Analisis-analisis seperti ini setelah terjadinya gempa bumi dan tornado telah menghasilkan informasi-informasi baru yang telah merubah pola pikir tradisional kita tentang pencegahan kematian terkait bencana, contohnya ; pada tornado Wichita Falls pada 1979, banyak orang meninggal ketika melarikan diri dari tornado menggunakan mobil, berdasarkan saran yang diberikan layanan cuaca waktu itu, sebuah analisis epidemiologi menentukan bahwa orang-orang yang menggunakan kendaraan bermotor ataupun rumah mobil, memiliki 10 – 80 kali lebih besar risiko kematian atau terluka parah dibanding mereka yang berlindung diruang bawah tanah atau tempat perlindungan yang disediakan pada gedung-gedung besar milik umum. Berdasarkan penemuan ini, maka peringatan dan anjuran secara nasional untuk mencegah kematian akibat tornado telah berubah sejak itu. Demikian pula pada kematian akibat gempa bumi yang langsung dikaitkan dengan praktek-praktek konstruksi mengkonfirmasikan perlunya kode bangunan penanda gempa, dan latihan menyelamatkan diri bila tanda gempa awal telah muncul. Bagaimanapun, bahkan dinegara-negara berkembang, metode konstruksi yang simpel yang secara epidemiologi bersifat melindungi diri dari efek merusak gempa bumi telah tersedia. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengoreksi peringatan dan anjuran yang konvensional.

  1. Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan

Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.

V. Kesimpulan

Para ahli epidemiologi yang terlibat dalam penafsiran bencana menghadapi sejumlah masalah–masalah spesifik berkaitan dengan lingkungan politik dan perubahan yang cepat dari profil kesehatan, kebutuhan dan kesempatan dalam melakukan suatu intervensi. Data mesti dikumpulkan secara cepat dibawah kondisi amat buruk. Informasi epidemiologi itu kemudian harus diaplikasikan pada proses keputusan agar dalam menentukan suplai pertolongan, peralatan dan personal yang dibutuhkan, bisa lebih efektif. Standarisasi prosedur dalam mengumpulkan data-data bencana perlu dikembangkan karena terkait dengan keputusan operasional dan tindakan yang dilakukan.

Metode epidemiologi yang beraneka ragam telah mendemostrasikan pentingnya hal-hal tertentu, sebelum, selama dan sesudah bencana. Sebelum bencana, energi difokuskan dalam menggambarkan risiko-risiko yang dihadapai penduduk, dan perkiraan persiapan darurat sesuai derajat bencana, fleksibilitas dan pengawasan yang telah ada dan pada pelatihan personil. Selama kejadian, perawatan kesehatan perlu bagi populasi yang terkena dan kebutuhan akan layanan darurat perlu diperkirakan sebelumnya secara cepat dengan tujuan untuk mencegah kematian, cedera ataupun sakit. Pada fase sesudah bencana, monitoring berkelanjutan dan pengawasan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi populasi harus dilakukan, demikian pula dengan informasi mengenai keefektifan informasi yang telah dilakukan, biasa diminta. Paska bencana, metode-metode epidemiologi dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan dari masing-masing program intervensi. Kerjasama pengawasan epidemiologi dengan manajemen bencana telah mengurangi secara dramatis, efek bencana ini pada populasi yang terkena.

Sabtu, 08 November 2008

epidemiologi

Sejarah Perkembangan Epidemiologi

Sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa dimana manusia mulai mengenal penyakit menular. Walaupun pada saat itu, sumber dan penyebab penyakit, masih dianggap berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat. Tetapi cukup banyk usaha pada zaman purba yang dapay dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemic. Umpamanya pada kira-kira 1000 tahun SM, telah dikenal variolasi di Cina untuk melawan variola, sedangkan orang-orang India pada saat tersebut selain menggunakan variola, telah mengenal bahwa penyakit pes erat hubungannya dengan tikus. Sedangkan kusta telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan kepadatan penduduk.

Sebenarnya epidemiologi sebagai sains yang didasarkan atas pengamatan terhadap fenomena penyakit dalam masyarakat oleh mereka yang meyakini bahwa keadaan tersebut merupakan suatu fenomena yang terjadi secara teratur (ordered fhenomena) dan bukan sebagai suatu kejadian yang bertalian dengan kekuatan gaib. Telah dikenal sejak zaman Yunani kuno seperti halnya dengan berbagai ilmu pengetahuan lian yang telah mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dewasa ini. Pada zaman kejayaan yunani dan romawi kuno, telah dikenal adanya proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan.

Ø Tokoh Sejarah Epidemiologi.

Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah penting dalam perkembangan epidemiologi, antara lain :

1. Hippocrates

Membangkitkan kesadaran atau memungkinkan bahwa terjadinya penyakit pada manusia berkaitan dengan factor eksternal, yaitu musim, angina, udara, air yang diminum, tanah, perilaku manusia, jenis pekerjaan.

2. Galen (129-199)

Ahli bedah tentara Romawi ini sering dianggap sebagai the Father of Experimental Phisiology. Dia mengajukan konsep bahwa status kesehatan berkaitan dengan temperament. Penyakit behubungan dengan personality type dan lifestyle factors.

3. Thomas Sydenham (1624-1689)

Orang inggris ini sering dipanggil English Hippocrates karena pernyataannya yang menghidupkan kembali konsep factor lingkungan (atmosfer) dari Hippocrates di tahan Inggris dan menambahkan pentingnya merinci konsep factor lingkungan atmosfer dari Hipocrates. Kalau Hippocrates dianggap sebagai epidemiologis pertama, justru Sydenham dianggap sebagai the Father of Epidemiology.

4. Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723)

Leeuwenhoek adalah seorang warga Negara Belanda, dilahirkan di Delft, 24 Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723. dia seorang ilmuwan amatir yang menemukan microskop. Penemu bakteri dan parasit (1674) penemu spermatozoa (1677) . penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang kemudian akan sangat berguna untuk analisis epidemiologis selanjutnya.

5. Robert Koch

Dialah penemu Basil Tuberkulosis pada tahun 1882. selain itu Koch berperan memperkenalkan Tuberkulin pada tahun 1890. yang dianggap sebagai suatu cara pengobatan tuberculosis. Konsep tes tuberkulin selanjutnya dikembangkan oleh Von Pirquet ditahun 1906 dan PPD diperkenalkan oleh Siebart di tahun 1931. dewasa ini tes tuberkulin dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberklosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada anak-anak. Selainitu koch juga terkenal dengan Postulat Koch, yang mengemukakan konsep tentang cara menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.

6. Max van Petternkofer

Orang jerman ini meberikan kesan tersendiri dalam sejarah epidemiologi khususnya berkaitan dengan upaya identifikasi penyebab suatu penyakit.

7. John Snow, 1813-1858

Nama ahli anastesi ini sudah tidak asing dalam dunia kesehatan masyarakat sehubungan dengan upayanya yang sukses mengatasi kolera yang melanda London. Yang perlu dicatat disini, bahwa John Snow yang mengalisis masalah penyakit kolera mempergunakan pendekatan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis factor tempat, orang dan waktu. Dia dianggap the Father of Epidemiology.

8. Percival Pott

Dia adalah seorang ahli bedah yang melakukan pendekatan epidemiologis dalam menganalisis meningginya kejadian kanker skrotum dikalangan pembersih cerobong asap. Dia memikirkan bahwa tentu ada suatu factor tertentu yang berkaitan dengan kejadian kanker skrotum di kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya dia berhasil menemukan bahwa tar yang berada di cerobong asap itulah yang menjadi biang keladinya. Dia dianggap bapak epidemiologi modern.

9. James Lind

Dia berhubungan dengan sejarah hubungan kekurangan vitamin c dengan Scurvy (Kekurangan Vitamin C). dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.

10. Dool dan Hill, 1950

R. Dool dan A.B. Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan ceritera hubungan merokok dan kanker paru. Keduanya adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker pari. Keduanya adalah pelopor penelitian dibidang epidemiologi klinik.

Ø Perkembangan Epidemiolgi

Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu kewaktu. Perkembangan itu dilatar belakangi oleh beberapa hal.:

1. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Sewaktu jaman John Snow epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit kearah penyakit tidak menular. Dan epidemiologi tidak hanya diperhadapkan dengan masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta masalah non kesehatan.

2. perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan klinik kedokteran berkembang begitu pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi, dan ilmu perilaku (behavior science). Perkembangan ilmu ini juga meiupkan angina segar untuk perkembangan epidemiologi.

Dengan demikian terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa kemasa. Sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka berada.

Khusus mengenai pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep/teori. Beberapa teori tentang kausa terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah :

1. Contagion Theory

Teori mengamukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu person dengan person lainnya. Teori ini tentunya dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu, dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi akibat adanya kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir.

2. Hippocratic Theory

Menyusul Contagion Theory, para pemikir kesehatan masyarakat yang dipelo[pori oleh Hippocrates mulai lebih mengarahkan kausa pada suatu faktor tertentu. Hippocrates mengatakan bahwa kausa penyakit berasal dari alam; cuaca dan lingkungan yang ditunjuk sebagai biang keladi terjadinya penyakit .

Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab tantangan pelbagai penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.

3. Misamatic Theory

Hamper sama dengan Hippocratic teory, Miasmatic theory menunjuk gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit. Teori ini punya arah cukup spesifik,

4. Epidemic Theory

Teori ini mencoba menghubungkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan faktor geografi(tempat). Suatu zat organic dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit. Misalnya air tercemar menyebabkan gastroenteritis. Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis terjadinya diare di London.

5. Teori Kuman (Germ Theory)

Suatu kuman(mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit. Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran, ditemukannya mokroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme. Kuman dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit. Namun selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit diterapkan pada berbagai penyakit kronik, misalnya penyakit jatung dan kanker, yang penyebabnya bukan kuman.

6. Teori Multikausa

Disebut juga sebagai konsep multifaktorial dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil Dari interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan dalam terjadinya penyakit.

Sebagai contoh infeksi tuberklosis paru yang disebabkan oleh invasi mycobacterium tuberclosis pada jaringan paru, tidak dianggap sebagai penyebab tunggal terjadinya TBC. Disini TBC tidak hanya terjadi sebagai akibat keterpaparan dengan kuman TBC semata, tertapi secara multifaktorial berkaitan dengan faktor genetic, malnutrisi, kepadatan penduduk dan derajat kemiskinan. Demikian pula halnya dengan kolera yang disebabkan oleh tertelannya vibrio kolera ditambah dengan beberapa (multi) faktor resiko lainnya. Kpekaan penjamu meningkat oleh keterpaparan berbagai faktor; malnutrisi, perumahan padat, kemiskinan, dan genetic. Dalam kondisi demikian seseorang menelan fibrio kolera selama terpapar dengan air tidak bersih dan dilanjutkan dengan pengeluran toksin kolera yang meracuni lambung sehingga terjadilan diare.

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat (Public Healt ) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataaupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.

Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, dimana epi=upon, pada atau tentang; demos = people, penduduk; dan logia = knowl- edge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri berkaitan dengan sejarah kelahirannya di mana mengenai penduduk pada waktu itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemi (penyakit yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian kepada tentang epidemi yang banyak menelan korban kematian, dan begitulah nama epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemi itu sendiri.

Pada awal perkembagannya epidemiologi mempunyai pengertian yang sempit. Di awal sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi. Pada perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan demikian di sini tampak bahwa epidemilogi dimaksudkan tidak hanya mempelajari penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan secara keseluruhan.

Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan defenisinya. Berbagai defenisi telah dikemukakan oleh para penulis dan para pakar yang mencurahkan waktunya dalam epidemiologi. Beberapa di antara mereka dapat disebutkan disini.

Wade Hampton Frost (1972), guru besar epidemilogi di school of hygiene, Universitas Jhon Hopkins mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenoment) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular . Di sini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).

Greenwood (1934), Professor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London , mengemukakan batasan epidemilogi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd) penduduk. Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya penekanan pada kelompok penduduk yang memberikan arahan pada distribusi dan metodelogi terkait.

Kemudian Brian Macmahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bersama Thomas F. Pugh menulis buku Epidemiologi ; principles and method ,menyatakn bahwa epidemiologi is the studi of the distribution and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup tampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan metodologik dalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa tejadi sedemikian dari suatu penyakit.

Gary d. Friedman (1974) selanjutnya dalam bukunya primer of epidemiology menuliskan bahwa Epidemiology Is The Study Disease Occurance In Human Populations. Batasan ini lebih sederhana dan tampak senapas dengan apa yang dikemukakan oleh MacMohan. Dan itu pula yang kurang lebih dikemukakan oleh Andrers Ahlbom dan Staffan Norel (1989) dalam bukunya Introduction of Modern Efidemology. Dikatakan bahwa epidemologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Hanya saja perlu ditambahkan bahwa dalam kata pengantarnya dia mengatakan antara lain: “sesuatu lelucon lama mengatakan bahwa seorang ahli epidemologi adalah seorang dokter yang dapat menghitung. Dewasa ini epidemologi telah berubah, tidak lagi sebagai wilayah dari sejumlah kecil dokter yang berdedikasi, tetapi telah berkembang menjadi suatu disiplin riset nyata. Ungkapan ini mengingatkan akan latar belakang sejarah epidemologi yang semula mendapatkan perhatian dan dikembangkan oleh para dokter yang menggeluti masalah penyakit, yang kemudian berkembang sebagai satu pengetahuan metodologi .

KOMPONEN EPIDEMIOLOGI

Terkandung tiga komponen penting dalam epidemologi yaitu Frekuensi, Distribusi dan Determinan.

1. Frekuensi

Merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian untuk mengukur besarnya kejadian/masalah serta untuk melakukan perbandingan. Setiap pengamatan yang sistematis terhadap pola penyakit di d.alam masyarakat, dimulai dari analisis data sekunder dan primer yang telah terkumpul.

2. Distribusi

Menunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan. Epidemologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter/variabel orang, tempat dan waktu. Artinya dalam penyelidikannya selalu menjawab pertanyaan siapa yang terkena penyakit di dalam populasi serta kapan dan di mana penyyakit tersebut terjadi. Guna menjawab pertanyaan tersebut mungkindiperlukan perbandingan antara populasi yang berbeda dalam waktu yang sama, antara ugroup di dalam suatu poopulasi, atau antara berbagai periode observasi. Pengetahuan tentang distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola penyakit serta merumuskan hipotesis tentang kemungkinan faktor penyabab atau pencegah.

3. Determinan

Adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi resiko terhadap terjadinya penyakit/masalah kesehatan. Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena pengetahuan tentang frekuensi dan distribusi penyakit diperlukan untuk menguji hipotesis epidemologi, jadi menunjukkan faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran, dan penyebab munculnya masalah kesehatan.

Di dalam definisi-definisi epidemologi yang diutarakan oleh para ahli di atas, tersirat beberapa tujuan epidemologi yaitu:

1. Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.

2. Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan tersebut.

3. Menentukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas pelaksnaannya.

4. Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah dan perencanaan.

5. Mempelajari riwayat alamiyah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk bagi upaya pencegahan dan mekanisme pencegahan.

6. Mempelajari penyebab/faktor resiko suatu penyakit/masalah kesehatan.

7. Mengembangkan sistem pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu sistem administrasi.

Epidemologi diharapkan dapat berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan epidemologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan damn mengarahkan intervensi yang diperlukan. Bentuk peran itu dapat dijabarkan dalam 7 peran utama (valanis,10) yaitu:

1. Investigasi etiologi penyakit

2. Identifikasi faktor resiko

3. Identifikasi sindrom dan klasifikasi penyakit.

4. Melakukan diagnosis banding (differential diagnosis) dan perencanaan pengobatan.

5. Surveilan status kesehatan penduduk.

6. Diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan

7. Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.

Selain itu Beoglehole (WHO 1977) mengemukakan 4 peran utama epidemoogi yakni:

1. Mencari Kausa, faktor-faktor yang mempelajari derajat kesehatan yang menyebabkan terjadinya penyakit.

2. Riwayat alamiah penyakit, perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak (emergency) akut dan kronik.

3. Deskripsi status kesehatan masyarakat, menggambarkan proporsi menurut status kesehatan, perubahan menurut waktu, perubahan menurut umur, dan lain-lain.

4. Evaluasi hasil intervensi , menilai bagaimana keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan, upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan.

Kalau ingin dikembangkan lebih lanjut maka peran epidemologi lainnya dapat mencukupi hal-hal berikut:

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang dihadapi masyarakat.

2. Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya maslah kesehatanatau penyakit dlam masyarakat.

3. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan,

4. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.

5. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

6. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.

Ruang Lingkup Epidemologi

Dari perngertian epidemologi dan metode epidemologi, maka bentuk kegiatan epidemologi meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Bebrbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemologi saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga tidak jarang dijumpai suatu bentuk kegiatan yang tumpah tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering digunakan adalah bentuk bentyuk epidemologi deskriptif, yakni suatu bentuk kegiatan epidemologi yang memberikan gambaran atau keterangan tentang keadaaan serta penyebaran tingkat derajat kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu (terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu dan tempat).

Bentuk kegiatan epidemologi yang erat hubungannya dengan deskriptif epidemologi adalah menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya maslah kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan perencanaan kesehatan serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada penduduk tertentu.

Perkembangan bidang penelitian epidemiologi menunjukkan suatu konsep penelitian yang memmiliki sasaran utamanya adalah kelompok penduduk tertentu. Walaupun pada dasarnya bentuk penelitian ini dapat juga mengarahkan kepada berbagai penyakit dan gangguan kesehatan pada umumya tetapi memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian klinik. pada penelitian klilnik, sifat penyakit yang dianalisis berdasarkan individu sebagai suatu kesatuan unit tersendiri, walupun pada penelitian tersebut melibatkan kelompok penderita tertentu dalam masyarakat, sedangkan dalam penelitian epidemiologi suatu kelompok penduduk atau masyarakat tertentu merupakan suatu kesatuan unit yang tidak terpisahkan walupun data diperoleh dari tiap indvidu dalam kelompok tertentu.

Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua dua bentuk dasar, yakni penelitian observasi atau pengamatan langsung terhadap kejadian alami dalam masyarakat dalam mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam masyarakat tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang didasarkan atas perlakuan tertentu terhadap objek untuk dapat memperoleh jawaban tentang pengaruh perlakuan tersebut terhadap objek yang diteliti. Dalam hal tersebut, populasi sasaran ditentukan secara cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus oleh pihal peneliti.

Dalam perkembangan selanjutnya, prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi deskriptif maupun penelitian epidemiologi, dikembangkan secara lebih luas sebagai suatu sistem atau metode pendekatan dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan. Adapun ruang epidemiologi yang disebutkan diatas termasuk berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan berat bidang kesehatan maupun dengan berbagai bidang kehidupan sosial, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam berbagai bidang.

1. Epidemiologi Penyakit Menular.

Untuk ini telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan maupun penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia dalam mengatasi berbagai gangguan penyakit menuar dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilan yang pada mulanya hanya ditujukan pada pengamatan penyakit-penyakit menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup berarti dalam menanggulangi berbagai masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular.

2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Pada saat ini sedang berkembang pesat suatu usaha mencari berbagai faktor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya termasuk diantaranya masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalagunaan obat-obat tertentu. Bidang ini mulai banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan lingkungan termasuk lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosila budaya.

3. Epidemiologi Klinik

Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk dapat membekali para klinisi dan dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu melalui epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab penyakit serta cara mengatasinya, terhadap kasus secara individu yang biasanya tidak tertarik untuk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularannya maupun sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi yang sangat berguna dalam analisis epidemiologi, tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki materi pendekatan maupun bentuk penerapannya secara khusus. Dengan demikian maka sudah sewajarnyalah apabila setiap dokter yang akan bertugas, dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus tentang cara pendekatan epidemiologi.

Dewasa ini para dokter yang bekerja di puskesmas cukup banyak dibebani tugas ganda yakni selain sebagai klinisi, mereka harus berfungsi sebagai pelaksana usaha kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas utamanya adalah sebagai seoarng dokter akan terganggu dengan berbagai tugas lain yang membutuhkan waktu dan tenaga, sehingga tidak jarang dijumpai pelayanan pederita yang sangat bersifat kuratif saja, yakni mereka secara individu akan sembuh setelah pengobatan, tetapi kemudian mereka kembali ke lingkungan yang sama dengan kemungkinan menjadi sakit lagi.

4. Epidemiologi Kependudukan

Bentuk ini merupakan salah satu bentuk cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan ilmu epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan denan bidang demokrafi / kependudukan serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi dalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tersebut tidak hanya memberikan analsisi tentang sifat karekteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat, tetapi juga sangat berperanan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, dan ketenagakerjaan, transportasi, kesejahteraan rakyat, kesempatan mendapatkan kerja, kesehatan, pertanian maupun kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini, peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam usaha menyusun perncanaan yang baik. Dewasa ini sedang dikembangkan dan mulai dimanfaatkan suatu bentuk epidemiologi sistem refroduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan .

5. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Untuk epidemiologi ini merupakan suatu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan suatu masalah secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan epidemiologi bidang manajemen dewasa ini semakin berkembang sesuai dengan pesatnya perkembangan industri medis yang disertai dengan perkembangan dalam sistem manajemen kesehatan dan ekonomi kesehatan termasuk sistem asuransi kesehatan.

Dalam alam kemajuan industri medis yang cukup banyak menyerap modal dan tenaga kerja, perananan epidemiologi manajemen dalam menganalisis jumlah biaya pengobatan serta biaya pelayanan kesehatan lainnya merupakan hal yang cukup penting. Para ahli epidemiologi bersama-sama dengan ahli perencanaan yang pada umumnya berorientasi pada hasil luaran suatu proses, dapat meryupakan suatu team yang serasi dalam menyusun suatu rencana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sistem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan sudah cukup banyak digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk analsis situasi dan penentuan prioritas, maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun sasaran yang khusus.

6. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan kerja

Bentuk ini (occupational and enviromental epidemiolgy) merupakan salah satu bagian epidemiologi yang memperlajari serta menganalisi keadaan kesehatan tenaga kerja akbita pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik, kimiawi, biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.

7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa

Bentuk ini merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih banyak mengarah masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial masyarakat, menuntut suatu cara pendekatan melalui epidemiologi sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat pada dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja, tetapi merupakan masalah sosial masyarakat.

8. Epidemiologi Gizi

Dewasa ini banyak digunakan didalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup suatu masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berabagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat. Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilan gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.

Dari berbagai contoh ruang lingkup penggunaan epidemiologi seperti tersebut diatas lebih memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam usaha pendekata analisis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berkaitan dengan bidang kesehatan maupun masalah lain yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara umum

9. Epidemiologi Perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Bahkan menurut Bloom, faktor perilaku memberikan konstribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat. Mengingat bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat kompleks sehingga dalam epidemiologi. Kita lebih banyak melakukan pendekatan faktor resiko, maka faktor perilaku individu maupun masyarakat, seperti kebiasaan hidup sehat inidvidu dan kepercayaan masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan, banyak memberikan nilai resiko yang sering muncul dalam analisis epidemiologi tentang kejadian penyakit dalam masyarakat. Bahkan perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku ras, pekerjaan, status sosial dan ekonomi serta berbagai aspek kehiudapan lainnya.

Batasan epidemiologi mencakup 3 Elemen, yakni :

a. Mencakup Semua Penyakit

Epidemiologi mempelajarisemua penyakit, baik penyakit infeksi, maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecalakaan lalu lintas, maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi

Apabila kedokteran klinik baerorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan Ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji pada latar belakang pada kesehatan keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekatan khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut diatas dapat meliputi ‘ 6E’ yakni :

1. Etiologi

2. Efikasi

3. Efektivitas

4. Efisiensi

5. Evaluasi

6. Edukasi

Etiologi berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit dalam masalah kesehatan lainnya. Mislanya : etiologi dari malaria adalah parasit

Efikasi (Efficacy) berkaitan dengan efec dan daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi kesehatan . Efikasi dimaksudkan untuk melihat hasil atau efek suatu intervensi, misalnya efikasi vaksinasi. Hal ini merupakan kemujaraban teoritis dari suatu obat yang dapat dilakukan dengan melakukan uji klilnik (clinical trial)

Efektvitas (efectivenees) adalah besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengobatan atau intervensi ) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan lainnya. Efektivitas bertujuan untuk mengetahui efek intervensi atau pelayanan dalam berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya yang sangat bebeda-beda. Untuk pengobatan maka hal ini berkaitan dengan kemujaraban praktis, kenyataan khasiat obat di klinik.

Efisiensi (efficiency) adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan biaya yang diberikan. Efisiensi ini bertujuan untuk mengetahui keguanaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan pengeluaran ekonomi / biaya yang dilakukan.

Evaluasi adalah penilaian secara keselurahan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan masyarakat. Evaluasi melihat dan memberi nilai keberhasilan program seutuhnya

Edukasi (Education) adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit. Edukasi merupakan bentuk intervensi andalan kesehatan masyarakat yang perlu diarahkan secara tepat oleh epidemiologi. (Hal 13-14 :1)

Manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini manusia harus selalu berusaha untuk mengatasi berbagai pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan ketiga faktor tersebut dengan : (1) menyesuaikan kebutuhan hidupnya dengann keadaan lingkungan sekitarnya terutama terhadap keadaan lingkungan yang sulit diubah, atau (2) berusaha mengubah lingkungannya untuk disesuaikan dengan kebutuhannya, terutama keadaan lingkungan yang dapat mengganggu ketentraman hidupnya

Dewasa in berbagai jenis penyakit menular dan tidak menular telah dapat di atasi terutama pada negara-negar maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang berkembang masih terancam dengan berbagai penyakit tertentu dalam hal ini maka penyakit menular dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama yakni :

1. Penyakit yang sangat berbahaya karena kematiannya cukup tinggi

2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walupun akibatnya lebih ringa dibanding yang pertama.

3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacat, tetapi dapat mewadah sehingga dapat menyebabkan kerugian waktu maupun materi/ biaya. (Hal. 10: 5)

Istilah penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan :

a. Penyakit kronik

b. Penyakit non-infeksi

c. New communicable disease

d. Penyakit degeneratif

Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya memberikan kesamaan penuh antara satu dengan lainnya. Penyakit kronik dapat dipakai untuk penyakit tidak menular karena kelangsungan penyakit tidak menular biasanya bersifat kronik (menahun) atau lama . namun ada juga penyakit menular yang kelangsungannya mendadak/ akut, misalnya keracunan.

Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab penyakti tidak menular biasanya bukan oleh mikro-organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan miro-organisme dalam terjadinya penyakit tidak menular. Disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut. Dan karena perlangsungannya yang lama itu pulalah yang menyebabkan penyakit tidak menular berkaitan dengan proses degeneratif yang berlangsung sesuai dengan waktu/ umur

Sementara itu ada yang secara populer ingin menyebutnya sebagai “new cummunicable disease” karena penyakit ini dianggap dapat menular, melalui gaya hidup (life style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan terntentu. Gaya hidup didalamnya dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global. Perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makanan yang berlebihan atau berkolestrol tinggi.

Berbeda dengan penyakit yang menular, PTM mempunyai beberapa karakrestik tersendiri seperti :

a. penularan penyakit tidak melalui sesuatu rantai penularan tertentu.

b. Masa inkubasi yang panjang

c. Berlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik)

d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

e. Mempunyai variasi yang luas

f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya penanggulangannya

g. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multi kausal), bahkan tidak jelas.

Sekedar membandingkan PTM dengan penyakit menular, dapat dilihat sebagai berikut :

Penyakit menular

Penyakit tidak menular

1. Banyak ditemui di negara berkembang

2. Rantai penularan yang jelas

3. Perlangsungan akurat

4. Etiologi mikroorganisma jelas

5. Besifat single-kausa

6. Diagnosis mudah

7. Agak mudah mencari penyebabnya

8. Biaya relatif murah

9. Jelas muncul dipermukaan

10. Morbiditas dan mortabilitasnya cenderung menurun

1. Ditemui di negara industri

2. Tidak ada rantai penularan

3. Peralangsungan kronik

4. Etiologi tidak jelas

5. Biasanya multiple-kausa

6. Diagnosis sulit

7. Sulit mencari penyebabnya

8. Biaya mahal

9.aAda iceberge fhenomen (adanya fenomena gunung es

10.Morbiditas dan mortabilitasnya cenderung meningkat